Seorang MC Perempuan di Bali Yang Tidak Boleh Tampil di Acara Yang di Hadiri Koster

Jakarta - Polemik MC perempuan asal Bali bernama Putu Dessy Fridayanthi yang dilarang tampil di acara yang dihadiri Gubernur Bali I Wayan Koster, masih berlangsung.

Sejauh ini, belum ada pernyataan jelas atau klarifikasi dari Koster terkait hal ini.
Sebelumnya, perempuan yang akrab disapa Ecy itu melampiaskan curahannya di akun Instagramnya. Akhirnya, postingannya viral dan menjadi perbincangan.

MC itu merasa keberatan dan menilai tindakan tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Padahal, perempuan berhak ditempatkan setara dengan laki-laki dalam meniti karier.
Ecy berharap Pemprov Bali atau Wayan Koster memberi penjelasan mengenai hal tersebut. Ia berharap seluruh pekerja perempuan diberikan hak yang sama untuk mengakses pekerjaan.

"Pokoknya harus bisa menyampaikan klarifikasi terkait kebijakan yang konyol itu karena bukan aku saja yang merasakan tersebut dan saya harap tidak ada diskriminasi terhadap gender dalam pekerja even, kami perempuan memiliki ability dalam profesi,"kata Ecy. 

Koster Bagikan Video Clip Pemimpin Merakyat

Wayan Koster masih irit bicara menanggapi isu soal MC perempuan yang dilayangkan kepadanya. Jadi ramai dibahas publik, perempuan pekerja seni dilarang tampil secara fisik di acara yang dihadiri Koster.

Namun, saat kumparan bertanya mengenai kebijakan yang pernah ia terbitkan atau laksanakan untuk mendukung kegiatan perempuan selama hampir 4 tahun memimpin Bali, politikus PDIP itu merespons dengan mengirimkan sebuah video berdurasi 24 detik.

Menurutnya, video clip itu menunjukkan bahwa ia pemimpin yang humanis dan mencintai rakyat.
"Sebaiknya ambil berita dari video clip ini saja, humanis dan merakyat,"kata dia.

Dalam video tersebut terlihat seorang Ibu menyalami dan memeluk Koster. Ibu tersebut tampak berterima kasih kepada Koster. Lalu, sejumlah massa juga terdengar meneriakkan nama Koster.
"Hidup Pak Koster, Hidup Pak Koster," teriak sejumlah massa dalam video clip tersebut.

Berdasarkan pantauan kumparan, video tersebut direkam saat Koster turun tangan mendamaikan kasus pemukulan antara TNI dan warga di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (7/9).

Peristiwa pemukulan tersebut terjadi pada Senin (30/8) lalu saat penanganan COVID-19 di Desa Sidetapa. Berhari-hari polisi mencoba memediasi dan mendamaikan TNI dan warga namun tak membuahkan hasil. Kesepakatan damai muncul setelah dimediasi Koster. 

Ombudsman Bali Minta Koster Klafirikasi

Kepala Ombudsman Bali, Umar Ibnu Alkhatab, mengatakan curhatan MC tersebut mewakili suara perempuan yang masih dipandang sebelah mata. Ia menilai, pemimpin daerah wajib memfasilitasi pemenuhan hak warga di dalam kehidupan bermasyarakat.

"Pertama Ombudsman RI perwakilan Bali menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut terjadi justru pada acara resmi pemerintah. Kedua peristiwa tersebut menggambarkan betapa diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi dan mencolok, "kata Umar.

Umar menilai, perbuatan Koster tersebut tergolong malaadministrasi. Koster sebagai pemimpin daerah negara telah mendiskriminasi warganya.

"Secara khusus perlakuan ini masuk dalam kategori malaadministrasi yakni tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh pemerintah terhadap seorang warga negara,"kata dia.

Oleh sebab itu, Koster harus memberi penjelasan atas isu bias terhadap perempuan ini. Ia mendorong seluruh pihak yang merasa menjadi korban atas kebijakan tersebut melapor ke Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali. 

PDIP Bali Juga Minta Koster Klarifikasi

Selain Ombudsman Bali, Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda) PDIP Bali Nyoman Adi Wiryatama mendorong Wayan Koster mengklarifikasi isu MC perempuan dilarang tampil di acara resmi yang dihadiri gubernur.

"Kita kan belum melihat. Besok kan ada klarifikasi, nanti yang paling tepatnya kan beliau yang akan menjawab melalui klarifikasinya besok,"kata Adi yang juga Ketua DPRD Bali itu.

Adi mengatakan, sejatinya wajar orang komplain atau mengkritik pemimpin. Ia akan bertanya kepada Koster untuk mengetahui perkara ini dengan jelas. Ia tak mau berkomentar sebelum bertemu Koster.

Namun Adi menegaskan, partai tak tersangkut paut dengan isu bias sex yang dilayangkan terhadap Koster. Partai tak wajib memberikan klarifikasi dan isu bias tersebut tidak merugikan partai.

"Makanya saya belum melihat, apa yang mendasari itu. Makanya saya lihat dulu, saya tanya, sekalian klarifikasi besok, sekalian juga jawaban saya,"kata dia. "Saya tidak ada alasan, karena saya belum melihat itu.

Tapi masyarakat yang merasa itu lah yang minta klarifikasi,"sambung dia.
Menurut dia, sebagai sesama anggota partai berlambang banteng, Koster memimpin Bali dengan baik. Memang ada beberapa kebijakan yang belum jalan baik di bidang perempuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terkait Kasus Korupsi Bupati Banjarnegara, KPK Menjadwalkan Untuk Memanggil 4 Saksi

Akibat Hurang Gadai HP, Dua Orang Bertetangga Berkelahi 1 Orang Tewas Dan Terluka

Sebuah Perusaan Farmasi Jepang Mengklaim Obat Ivermectin Efektif Lawan Varian Omicron