Serangan Bom Bunuh Diri di Masjid Syah Afghanistan, ISIS Mengklaim Bertanggung Jawab

KunduzSerangan bom bunuh diri terjadi di sebuah masjid Syiah di Kota Kunduz, Afghanistan, pada Jumat (8/10) siang, saat Salat Jumat. Akibat kejadian ini, puluhan jemaah tewas dan banyak korban luka dari kelompok minoritas.

Ledakan ini diklaim ISIS dan dirancang untuk lebih mengacaukan Afghanistan setelah pengambilalihan Taliban.

Kelompok ekstremis, saingan berat Taliban ini, telah berulang kali menargetkan Syiah dalam upaya untuk memicu kekerasan di Afghanistan yang mayoritas adalah Sunni.

Dikutip dari AFP, Sabtu (9/10), dalam sebuah pernyataan yang dirilis di saluran Telegram, ISIS mengatakan, seorang pengebom bunuh diri ISIS "meledakkan rompi peledak di tengah kerumunan" jemaah Syiah yang berkumpul di dalam masjid.

Pernyataan itu juga mengidentifikasi pengebom atas nama "Muhammad al-Uyguri", menyiratkannya sebagai orang Uighur, kelompok minoritas Muslim di China.

Sebuah sumber medis di rumah sakit Provinsi Kunduz mengatakan, 35 orang tewas dan lebih dari 55 orang terluka telah dibawa ke sana, sementara Rumah Sakit Doctors Without Borders (MSF) mengatakan, 20 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dibawa ke rumah sakit ini.

Matiullah Rohani selaku Direktur Kebudayaan dan Informasi Kunduz untuk pemerintahan baru Taliban, membenarkan kepada AFP bahwa insiden mematikan itu adalah serangan bunuh diri dan mengatakan bahwa 46 orang tewas dan 143 luka-luka.

Mulawi Dost Muhammad, kepala keamanan Taliban di Kunduz, menuduh para penyerang mencoba menimbulkan masalah antara Syiah dan Sunni. Ia bersikeras tidak ada perselisihan antara keduanya.

"Kami meyakinkan saudara-saudara Syiah kami bahwa di masa depan, kami akan memberikan keamanan bagi mereka dan masalah seperti itu tidak akan terjadi pada mereka," tegasnya.

Seorang saksi, Rahmatullah, mengatakan, 300 hingga 400 jemaah berada di dalam masjid saat kejadian.

Sementara seorang master perempuan di Kunduz mengatakan kepada AFP bahwa ledakan itu terjadi di dekat rumahnya, dan beberapa tetangganya tewas. "Itu adalah insiden yang sangat mengerikan," terangnya.

"Banyak tetangga kami terbunuh dan terluka. Seorang tetangga berusia 16 tahun terbunuh. Mereka tidak dapat menemukan setengah dari tubuhnya. Tetangga lain yang berusia 24 tahun juga terbunuh," ungkapnya

Aminullah, seorang saksi mata yang saudaranya berada di masjid, mengatakan, setelah saya mendengar ledakan, langsung menelepon saudaranya tetapi dia tidak ada jawaban.
"Saya berjalan menuju mosque dan menemukan saudara laki-laki saya terluka dan pingsan. Kami segera membawanya ke rumah sakit MSF," ujarnya.

Kunduz selama ini adalah titik transportation utama untuk pertukaran ekonomi dan perdagangan Afghanistan dengan Tajikistan. Provinsi ini menjadi tempat pertempuran sengit ketika Taliban berjuang untuk kembali berkuasa.

Sementara Muslim Syiah telah mengalami beberapa serangan paling kejam di Afghanistan. Syiah membentuk sekitar 20 persen dari populasi Afghanistan. Banyak dari mereka adalah Hazara, sebuah kelompok etnis yang teraniaya di Afghanistan selama beberapa dekade.

Pada Oktober 2017, seorang militan ISIS menyerang sebuah mosque Syiah ketika para jemaah berkumpul untuk salat malam di barat Kabul, menewaskan 56 orang dan melukai 55 termasuk wanita dan anak-anak.

Dan Mei lalu, serangkaian pengeboman di luar sebuah sekolah di ibu kota menewaskan sedikitnya 85 orang, kebanyakan remaja putri. Lebih dari 300 orang terluka dalam serangan terhadap komunitas Hazara ini.

Michael Kugelman, pakar Asia Selatan di Pusat Cendekiawan Internasional Woodrow Wilson, mengatakan kepada AFP bahwa Taliban akan berjuang untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka, kecuali mereka mengatasi terorisme dan krisis ekonomi.

"Jika Taliban, kemungkinan besar, tidak dapat mengatasi masalah ini, ia akan berjuang untuk mendapatkan legitimasi domestik, dan kita bisa melihat munculnya perlawanan bersenjata baru," dia memperingatkan.

PBB sangat prihatin dengan laporan korban yang sangat tinggi"dalam serangan Jumat. PBB menyebut serangan ini sebagai "bagian dari pola kekerasan yang mengganggu".

"Gejala bahwa ledakan (Afghanistan) juga dapat diterjemahkan ke dalam ketidakamanan baru," ujar Kepala pengungsi PBB, Filippo Grandi, kepada wartawan di Jenewa.

Ia memperingatkan kondisi ini sangat rentan bagi keamanan masyarakat Afghanistan "Lebih banyak orang tewas, lebih banyak serangan teroris, lebih banyak ketidakstabilan. Dan itu juga sesuatu yang kita semua harus khawatirkan," jelasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terkait Kasus Korupsi Bupati Banjarnegara, KPK Menjadwalkan Untuk Memanggil 4 Saksi

Akibat Hurang Gadai HP, Dua Orang Bertetangga Berkelahi 1 Orang Tewas Dan Terluka

Sebuah Perusaan Farmasi Jepang Mengklaim Obat Ivermectin Efektif Lawan Varian Omicron